Kejawaan Bagian Muhammadiyah

Ahad, 06 Maret 2016, 15:33 WIB
YOGYAKARTA--Muhammadiyah tidak bisa melepaskan budaya Jawa. Hal ini terungkap dalam diskusi di Yogyakarta, Sabtu (5/3), karena pengaruh banyak hal. Salah satunya adalah sikap beberapa anggota Muhammadiyah, terutama di Kota Yogyakarta yang masih terus mengadopsi sikap Ahmad Dahlan terhadap kejawaan.

Kehadiran priyayi santri, terutama Kauman Yogyakarta, juga memastikan bahwa Muhammadiyah tidak dapat menghilangkan unsur budaya Jawa.

"Karena itu, kejawaan masih menjadi bagian dari Muhammadiyah. Dalam konteks ini, purifikasi berdiri sejajar dengan sebagian nilai-nilai Jawa. Hal ini menghasilkan sifat ambigu Muhammadiyah terhadap budaya Jawa," ujar Ahmad Najib Burhani, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam paparan bukunya berjudul Muhammadiyah Jawapada diskusi bulanan di PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Sabtu (5/3).

Sikap ambigu Muhammadiyah terhadap budaya Jawa ini terlihat secara lahiriah Muhammadiyah masih dipengaruhi kejawaan, tetapi secara batiniah, Muhammadiyah melawan kejawaan.
Sikap ambigu ini, kata dia, juga sudah terlihat sejak pendirian Muhammadiyah. Semua pendiri Muhammadiyah hampir semua adalah `abdi dalem' Keraton Yogyakarta. Akibatnya, Muhammadiyah membangun hubungan erat dengan keraton. Namun, Muhammadiyah sendiri bertujuan merasionalkan praktik-praktik tradisional dan memodernkan sistem sosial.
"Logikanya, ini berarti Muhammadiyah punya agenda memperbarui adat-adat sinkretis dan menyerang struktur sosial feodal aristokratik yang mendominasi masyarakat Jawa dan keraton yang menjadi porosnya," katanya.

Sementara, Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah Chairil Anwar mengatakan, kehadiran majelis yang dipimpinnya ini memang ke depan ditujukan untuk mengembangkan penelitian. "Ini buah dari pencerahan masyarakat dunia," katanya.
Selama ini, orang melihat Jawa itu santri dan abangan seperti pada banyak literatur . "Santri sendiri sangat luas. Abangan sendiri juga kita rasa pendukung utama partai tertentu. Tapi, tipologi itu yang digunakan terus-menerus. Bahkan, yang membesarkan partai ini dan Muhammadiyah juga Jawa," ujarnya. rep: Yulianingsih, ed: Nina Chairani

http://www.republika.co.id/berita/koran/kesra/16/03/06/o3lzry1-kejawaan-bagian-muhammadiyah

Comments